Powered By Blogger

Minggu, 31 Januari 2010

VISI DIALOG ANTAR AGAMA DAN MAZHAB


Ada dua kejadian yang saya alami dalam dialog antar agama dan mazhab :

1. Dalam sebuah diskusi antar Agama (Islam - Kristen) seorang pembicara dari Kristen sembari mengutip ayat al-Quran menegaskan bahwa Islam agama fatalis dan mengajarkan kemalasan karena semuanya sudah ditentukan Tuhan... saya katakan, dalam persolan ini ayat tersebut tidak mengajarkan fatalis dan utk memahaminya secara utuh harus dikomparasikan dengan ayat-ayat lain. Maka saya tunjukkan beberapa ayat al-Quran yg mengajarkan kebebasan dan ikhtiar manusia. Akhirnya beliaupun bisa menerimanya, dan diskusi berlanjut dengan hangat dan penuh damai.

2. Dalam sebuah dialog Nasional sunni-syiah dengan tema "Syiah. Islamkah ? di Medan, seorang pembicara menuduh syiah kafir dengan alasan bahwa syiah "menuhankan para imamnya" berdasarkan hadits yg diriwayatkan dalam al-Kafi dan ajaran mereka dipenuhi dongeng-dongeng. Kebetulan pada saat itu sy membawa beberapa kitab syiah termasuk kitab al-Kafi dan saya buka kemudian saya bacakan haditsnya, ternyata apa yg dituduhkan tidak sesuai dengan isi hadits tersebut. Sambil 'marah' si pembicara berkata : ... "kita tidak perlu dialog degan org kafir karenanya saya permisi meninggalkan seminar ini utk menuju bandara karena pesawat saya sebentar lagi berangkat!". Akhirnya beliaupun pergi dan meninggalkan ruangan seminar. Panitia minta maaf, dan meminta saya utk melanjutkan seminar sendirian. sSasanapun menjadi kurang nyaman.

Dua kasus itu mengajarkan kepada saya bahwa dialog membutuhkan kesabaran, argumentasi, rujukan, dan yg terpenting harus saling menerima secara positif (husnuz zhan) terlebih dahulu....!!!!

Tuhan berfirman : “Dan sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik) pasti berada dalam petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah: kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas dosa yang kami lakukan, dan kami tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kamu lakukan.” (Q.S. Saba: 24).

Ayat ini, berisikan beberapa poin penting yg universal dalam suatu dialog :
  1. Menanamkan dialog yang fair yaitu “mengakui bahwa dalam dialog dimungkinkan kita yang salah atau benar dan boleh jadi lawan kita yang salah atau benar.”
  2. Menanamkan kearifan dengan tidak menyerang pribadi lawan, melainkan fokus pada argumentasi.
  3. Menanamkan husnuz zhan (prasangka baik) terhadap lawan bicara dengan mengakui amal-amalnya.
  4. Menanamkan pertanggungjawaban individual dan sosial.
Menurut Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat), dalam melakukan studi perbandingan dan dialog, secara umum orang dapat melakukan dengan tiga pendekatan :

Pertama, pendekatan Apologetis, yang membicarakan berbagai keyakinan (agama/mazhab) untuk menegaskan dan membela keunggulan agamanya/mazhabnya. Untuk itu, dikumpulkanlah perbedaan-perbedaan agama (mazhab) dan berusaha menunjukkan kelemahan agama (mazhab) orang lain. Di sini, seseorang mengkonstruksi agama (mazhab) orang lain melalui perspektifnya.

Kedua, Pendekatan Fenomenologis, yaitu berusaha memahami setiap agama (mazhab) dari kerangka agama (mazhab) itu sendiri. Dengan pendekatan ini, seseorang melihat berbagai agama (mazhab) sebagai perspektif-perspektif yang beragam dalam memahami Tuhan.

Ketiga, Pendekatan Ukhuwah, yang melihat berbagai agama (mazhab) dengan upaya memahami agama-agama (mazhab-mazhab) itu dengan tidak mempersoalkan perbedaannya, tetapi lebih mengutamakan titik-titik persamaan yang ada.

Dengan demikian, dalam dialog antar agama (mazhab), kesimpulan dan analisis yang ditemukan tergantung pada pendekatan yang kita gunakan. Pendekatatan pertama, memiliki kecenderungan monolog (mau menang sendiri), sedangkan kedua dan ketiga memberikan ruang dialog (sharing informasi), sekaligus upaya mencari kebenaran dgn argumentatif.

Dalam dialog antar agama (mazhab), setiap agama (mazhab) mesti dipandang sebagai sarana yang sakral dan suci, sehinga tidak selayaknya dikotori dengan sikap-sikap emosional, pemaksaan, pragmatis, dan arogansi yang menekankan segi egoisme dan egotisme yang ingin menjadikan agama (mazhab) sebagai keinginan dan miliknya sendiri, yang kemudian dieksploitasi untuk memenuhi segala tuntutan dan kepentingan hasrat-hasrat tiranisnya....wallahu a'lam. (CaRe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar