Powered By Blogger

Minggu, 31 Januari 2010

MENGHIDUPKAN KEMBALI NALAR FILSAFAT


Meskipun dilanda kemunduran dan kini mulai bergerak mengejar ketertinggalannya, namun sepanjang sejarahnya, Islam telah menjadi bagian terbesar peyumbang kontribusi peradaban dunia. Tak mungkin terlupakan bahwa Islam pernah menjadi mercusuar bahtera manusia dalam mengarungi kehidupan di semesta raya ini dengan warisan ilmu pengetahuan yang sangat berharga. Mata air pengetahuan ini hingga kini masih terus diwarisi oleh generasi ke generasi berikutnya. Diantara sekian pengetahuan itu, patut pula dibanggakan filsafat sebagai satu fondasi intelektual Islam yang memberikan kedalaman makna dibalik pesan-pesan ketuhanan yang tekstual.

Dalam tarikh Islam, filsafat menjadi jembatan emas bagi aql (rasio) dan naql (wahyu). Banyak filosof menghabiskan lembaran-lembaran kitabnya untuk menunjukkan keselarasan antara pesan-pesan langit (wahyu) dengan perolehan-perolehan dari bumi (pikiran manusia). Meskipun api filsafat Islam itu tak pernah padam, namun terpaan badai terkadang meredupkan cahayanya.

Keredupan cahaya dan stagnasi filsafat di dunia Islam umunya, setidaknya dikarenakan beberapa hal :
  • Masih adanya kesan negatif pada filsafat yang dilontarkan oleh para ulama sehingga menjadi salah paham, dicurigai dan dibenci.
  • Politisasi agama untuk mengkebiri berkembangnya ilmu pengetahuan dan filsafat.
  • Filsafat menjadi momok dan terkesan elit untuk mempelajarinya. Wajah filosof lebih digambarkan sebagai orang yang berkepala botak dengan kening berkerut dan wajah yang masam cemberut.
  • Pengajaran filsafat dilakukan dengan pendekatan dan metode yang kaku, tidak menarik dan rumit.
  • Tidak ada dukungan penuh dari lembaga atau tokoh yang berkompeten.
  • Berkembangnya ilmu-ilmu empiris dan teknologi praktis yang membawa dampak pada sikap pragmatis.

Lemahnya perkembangan filsafat di dunia Islam, berakibat kebekuan dan stagnasi pemikiran Islam serta gersangnya interpretasi doktrin agama dalam usaha mengukuhkan keyakinan agama. Oleh karenanya, ‘mati suri intelektual’ ini mesti diobati dengan sungguh-sungguh dalam agenda yang saya sebut sebagai proyek “Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Filsafat (Ihya ulum al-falasifah).”

Dengan harapan yang besar itu, saya mengajak teman2 utk melakukan usaha kecil menyumbang secuil pemikiran dalam usaha mengembalikan mahkota filsafat pada singgasananya semula dan secara bertahap mari kita menciptakan sebuah “Laboratorium Filsafat”, baik didunia "maya" (internet) maupun didunia "nyata" (pribadi dan komunitas).

Jadi..sebuah keharusan yang menjadi kerja keras kita adalah mengembalikan filsafat sebagai nalar Islami yang mengalirkan ruh kehidupan diseluruh unsur pengetahuan dan tafsiran ajaran Islam, yang mulai gersang dari percikan mata air kudus rasionalitas. Semoga! (CaRe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar