"Aku perintahkan kamu untuk tidak berlaku tirani dan menindas rakyat, jangan memperlakukan mereka dengan buruk, jangan menfitnah dan menuduh mereka, karena mereka adalah saudara-saudara kamu, dan merekalah yg membantu kamu mengumpulkan pajak dan mencarikan sarana serta jalan untuk membantu fakir miskin."
"Sesungguhnya aku telah memberikan kamu bagian kamu, dan kini kamu harus memberikan kpd mereka bagian mereka. Kalau tidak, maka akan banyak orang yang demonstrasi guna mengadukan dan memprotes kamu kelak di akhirat pada Hari Pengadilan. Celakalah orang yang didemonstrasi untuk diadukan kepada Allah oleh kaum miskin, kaum fakir, para pengemis, dan mereka yang terampas hak-haknya." (Imam Ali as, Nahjul Balaghah II, surat ke-26)
Pesan di atas adalah amanah ilahiah yg disampaikan oleh Imam Ali as kpd para pemimpin pemerintahan. Amanah ilahiah ini memberikan garis-garis besar sikap pemimpin terhadap rakyatnya. Bagi Imam Ali as, kesalehan individual tidaklah berharga tanpa kesalehan sosial, dimana seorang pemimpin membuktikan dirinya sebagai pengemban amanah yg bertanggungjawab. Sebab, kesalehan individual, hanyalah hubungan vertikal kepada Tuhan, sedangkan kesalehan sosial berdimensi ganda, yakni pertanggungjawaban secara horizontal kpd masyarakat, dan tanggungjawab vertikal di hadapan Allah swt. Sebab itu, kita harus menyadari bahwa kepemimpinan bukanlah hak, melainkan tugas yg harus dijalankan dgn sebaik-baiknya.
Manusia sebagai khalifah dijadikan Tuhan utk memakmurkan jagat raya. Kemakmuran hanya didapatkan degan sistem pemerintahan yg amanah bukan kekuasaan. Amanah ini didasarkan pada kepercayaan dan tanggungjawab, sedangkan kekuasaan diazaskan dengan kepemilikan dan kebebasan. Karenanya, pengelolaan negara dgn amanah akan menghasilkan pemeliharaan yg sesuai dgn karakteristik negara dan kepentingan rakyat. Sedangkan pengelolaan berdasarkan kekuasaan dan kepemilikan akan memperlakukan rakyat sesuai dgn keinginan dan kesenangannya.
Imam Ali as berpesan agar pemimpin tdk berwajah ganda, dimana ia berpura-pura saleh dan empati terhadap penderitaan rakyat, tetapi jika kembali kepada komunitas elitnya, ia berlaku hidup mewah di rumahnya sendiri. Bgitu juga, pemimpin janganlah menganggap rakyat sebagai pelayan yang dikuasai, tetapi anggaplah sebagai saudara sendiri. Pemimpin harus menyadari bahwa rakyat membutuhkan keadilannya, sebagaimana ia membutuhkan suara rakyat untuk mendukung pemerintahannya.
Jadi, pmimpin haruslah mengayomi rakyat dan bukan menjadi tiran yg menindas rakyat. Sebab, ketertindasan merupakan pangkal kebencian dan permusuhan, yg mengakibatkan pemberontakan serta keruntuhan pemerintahan. Rakyat yg tertindas, akan berdemonstrasi di dunia dan juga diakhirat. Jika demonstrasi di dunia, mungkin pemimpi masih bisa berlindung dibalik tembok megah istananya dikawal oleh para aparat bersenjata. Namun, jika rakyat berdemonstrasi di akhirat, maka pemimpin hanya bisa pasrah tanpa perlindungan apapun. Sebab, Hari Pengadlan itu, hanya Allah swt penguasanya. Karenanya, kpd para penguasa, hati2lah terhadap demonstrasi rakyat di akhirat, karena anda tdk bisa lagi sembunyi disana. Kepada para aktivis demonstrasi, jika kamu tdk puas dan tdk mendapatkan tanggapan pd saat demonstrasi didunia, sisakan tenaga utk melanjutkan demonstrasi di akhirat kelak. Pasti demonstrasi itu akan mendapatkan tanggapan serius dari Allah yg Maha Bijak.
Siapa pemimpin yg amanah sebagaimana diperintahkan Imam Ali as? silahkan tentukan sendiri.... Wallahu a'lam. (CaRe, Medan, 03 Juli 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar